KONFLIK
DAN INTEGRASI SOSIAL
A.
PENGARUH
DIFERENSISASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Secara umum,
diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan pengaruh positif dan negatif
kepada masyarakat. Pengaruh positifnya, diferensiasi dan stratifikasi sosial
dapat mendorong terjadinya integrasi sosial sedangkan pengaruh negatifnya
adalah menimbulkan primordialisme, etnosentrisme, politik aliran, dan
terjadinya proses konsolidasi.
Primordialisme
Primordialisme merupakan pandangan atau
paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak semula
melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan agama.
Primordialisme
dapat terjadi karena faktor-faktor
berikut:
1. Adanya
sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan
sosial.
2. Adanya
suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial
dari ancaman luar.
3. Adanya
nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai keagamaan dan
pandangan.
Primordialisme sebagai identitas sebuah golongan
atau kelompok sosial merupakan faaktor penting untuk memperkuat ikatan golongan
atau kelompok yang bersangkutan, terutama dalam menghadapi ancaman dari luar.
Namun seiring dengan itu, primordialisme juga dapat membangkitkan prasangka dan
permusuhan terhadap golongan atau kelompok sosial lain. Hal ini tentu merupakan
potensi konflik yang dapat mengganggu integrasi sosial.
Etnosentrisme
Primordialisme yang berlebihan juga akan
menghasilkan sebuah pandangan subyektif yang disebut etnosentrisme atau fanatisme
suku bangsa. Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat
lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Karena
yang dipakai adalah ukuran-ukuran masyarakatnya, maka orang akan selalu
menganggap kebudayaannya memiliki nilai
lebih tinggi daripada kebudayaan masyarakat lain.
Namun,
etnosentrisme juga memiliki segi-segi positif yaitu:
1. Dapat
menjaga keutuhan dan kestabilan budaya;
2. Dapat
mempertinggi semangat pratiotisme dan kesetiaan kepada bangsa, dan
3. Dapat
memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan atau bangsa.
Politik Aliran
Politik aliran merupakan keadaan dimana
sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah organisasi
massa (ormas), baik formal maupun informal. Tali pengikat antara kelompok dan
organisasi-organisasi masaa ini adalah ideologi atau aliran (sekte) tertentu.
Konsolidasi
Konsolidasi berasal dari kata consolidation yang berarti penguatan
atau pengukuhan. Secara politis, konsolidasi merupakan usaha untuk menata
kembali atau memperkuat suatu himpunan atau organisasi yang dinilai terancam
perpecahan. Usaha menata dan memperkuat himpunan itu dapat dilakukan dengan
cara menetapkan kelompok lain sebagai musuh bersama. Dengan cara ini, akan
timbul rasa senasib, seperjuangan, dan solidaritas yang dapat memperkuat ikatan
antaranggota himpunan.
B.
KONFLIK
SOSIAL
Pengertian Konflik Sosial
Kata konflik berasal dari bahasa Latin configere yang artinya saling memukul.
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), konflik dapat didefinisikan sebagai
percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Dengan demikian secara sederhana
konflik merujuk pada adanya dua hal atau lebih yang bersangkutan , tidak
selaras, dan bertentangan.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
Soerjono
Soekanto menyebut konflik sebagai suatu proses individu atau kelompok yang
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, yang disertai
dengan ancaman/kekerasan.
Lewis
A.Coser berpendapat bahwa konflik konflik adalah sebuah perjuangan mengenai
nilai, atau tuntutan atas status, kekuasaan dan sumber daya yang bersifat
langka dengan maksud menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
Gillin
dan Gillin melihat konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial manusia
yang saling berlawanan (oppositional process). Artinya, konflik adalah bagian
dari sebuah proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya
perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku.
Faktor-faktor
Penyebab Konflik
Soerjono
Soekanto mengemukakan empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
dalam masyarakat, yakni:
1. perbedaan
antarindividu,
2. perbedaan
kebudayaan,
3. perbedaan
kepentingan,dan
4. perubahan
sosial.
Bentuk-bentuk Konflik
Berdasarkan bentuknya, Lewis A. Coser
membedakan konflik atas dua bentuk, yakni konflik realistis dan konflik
nonrealistis.
1. Konflik
realistis berasal dari kekcewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan
tuntutan-tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial. Para karyawan yang
mengadakan pemogokan melawan manajemen perusahaan merupakan salah satu contoh
realistis.
2. Konflik
nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persiapan
yang antagonis (berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu
untuk meredakan ketegangan.
Ahli
lain, Dahrendorf membedakan konflik atas empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Konflik-konflik
diantara peranan-peranan sosial.
2. Konflik-konflik
diantara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik-konflik
diantara kelompok-kelompok yang terorganisasi dan tidak terorganisasi.
4. Konflik-konflik
diantara satuan nasional, seperti antara partai politik, antara negara-negara,
atau antara organisasi-organisasi internasional.
Soerjono
Soekanto menyebutkan lima bentuk khusus konflik atau pertentangan yang terjadi
dalam masyarakat.
1. Konflik
atau pertentangan pribadi.
2. Konflik
atau pertentangan rasial.
3. Konflik
atau pertentangan antara kelas-kelas sosial.
4. Konflik
atau pertentangan politik.
5. Konflik
atau pertentangan yang bersifat internasional.
Dampak Sebuah Konflik
Segi
positif suatu konflik adalah sebagai berikut.
1. Konflik
dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih masih belum
tuntas ditelaah.
2. Konflik
memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta
hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu
atau kelompok.
3. Konflik
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in group solidarity) yang sedang mengalami
konflik dengan kelompok lain.
4. Konflik
merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
5. Konflik
dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan
norma-norma baru.
6. Konflik
dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
7. Konflik
memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam
kekuatan yang seimbang.
Segi
negatif suatu konflik adalah sebagai berikut.
1. Keretakan
hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.
2. Kerusakan
harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
3. Berubahnya
kepribadian para individu.
4. Munculnya
dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
Konflik dan Kekerasan
Kekerasan
adalah bentuk lanjutan dari sebuah konflik sosial.
Dalam KBBI, kekerasan didefinisikan
sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain, atau menyebabkan kerusakaan fisik atau barang orang lain.
Dalam kehiupan sehari-hari, kekerasan
identik dengan tindakan melukai orang lain dengan sengaja, membunuh, atau
memperkosa. Kekerasan seperti itu sering disebut sebagai kekerasan langsung (direct violence). Sedangkan kekerasan
yang digolongkan sebagai kekerasan tidak langsung (indirect violence), contohnya tindakan membiarkan seorang pencuri dihakimi
massa.
N.J Smelser meneliti kekerasan yang
bersifat massal atau kerusuhan. Menurutnya, ada lima tahap dalam kerusuhan
massal. Kelima tahap itu berlangsung secara kronologis (berurutan) dan tidak
dapat terjadi satu atau dua tahap saja.
1.
Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan yang disebabkan oleh
struktur sosial tertentu.
2.
Tekanan sosial, yaitu suatu kondisi saat sejumlah besar anggota masyarakat
merasa bahwa banyak nilai dan normayang sudah dilanggar.
3.
Berkembangnya perasaan kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu.
4.
Tahapan berikutnya adalah mobilisasi untuk beraksi, yaitu tindakan nyata berupa
pengorganisasi diri untuk bertindak.
5.
Kontrol sosial yaitu tindakan pihak ketiga seperti aparat keamanan untuk
mengendalikan, menghambat, dan mengakhiri kekerasan atau kerusuhan.
Teori-Teori
tentang Kekerasan
1. Teori
Faktor Individual
Beberrapa ahli
berpendapat bahwa setiap perilaku kelompok, termasuk perilaku kekerasan, selalu
berawal dari perilaku inividu.
2. Teori
Faktor Kelompok
Beberapa ahli lain
mengemukakan pandangan bahwa indiviu cenderung membentuk kelompok dengan
mengedepankan identitas berdasarkan persamaan ras, agama, atau etnik. Benturan
antara identitas kelompok yang berbeda sering menjadi penyebab kekerasan.
3. Teori
Dinamika Kelompok
Menurut teori ini, kekerasan timbul
karena adanya deprivasi relatif (kehilangan rasa memiliki) yang terjadi dalam
kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial yang terjadi
demikian cepat dalam sebuah masyarakat tiak mampu ditanggap dengan seimbang
oleh sistem sosial dan nilai masyarakatnya.
Cara Pengendalian Konflik dan
Kekerasan
Ada
tiga syarat agar sebuah konflik tidak berakhir dengan kekerasan.
1. Setiap
kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari akan adanya situasi
konflik di antara mereka.
2. Pengendalian
konflik-konflik tersebut hanya mungkin bisa dilakukan apabila berbagai kekuatan
sosial yang saling bertentangan itu terorganisasi dengan jelas.
3. Setiap
kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan main tertentu
yang telah disepakati.
Pada
umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik
di dalam tubuhnya. Beberapa ahli menyebutnya sebagai katup penyelamat (safety value), yaitu suatu mekanisme
khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik.
Secara
umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu konsiliasi,
mediasi, dan arbitrasi.
Konsiliasi
Bentuk
pengendalian konflik seperti ini dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu
yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara
pihak-pihak yang bertikai. Contoh bentuk pengendalian konflik ini adalah
melalui lembaga perwakilan rakyat.
Mediasi
Pengendalian
konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik
sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan
memberikan pemikiran atau nasihat-nasihatnya tentang cara terbaik dalam
menyelesaikan pertentangan mereka.
Arbitrasi
Arbitrasi
atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik
sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.
C.
INTEGRASI
SOSIAL
Pengertian Integrasi
Sosial
Integrasi sosial adalah proses
penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu
kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan
sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila
sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur
kemasyarakatan yang dibangun termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan
pranata-pranata sosialnya. Menurut William F.Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat
terjadinya suatu integrasi sosial adalah sebagai berikut.
1. Anggota-anggota
masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan
mereka. Hal itu berarti kebutuhan fisik dan sosialnya dapat dipenuhi oleh
sistem sosial mereka.
2. Masyarakat
berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma dan
nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi
antara satu dan lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang dilarang menurut
kebudayaannya.
3. Norma-
norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan
dijalankan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat.
Suatu
integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada
faktor-faktor berikut.
1. Homogenitas
kelompok
Dalam
kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial
akan mudah dicapai. Sebaliknya, dalam dalam kelompok atau masyarakat majemuk,
integrasi sosial akan sulit dicapai dan memakan waktu yang sangat lama.
2. Besar
kecilnya kelompok
Umumnya,
dalam kelompok yang kecil, tingkat kemajemukan anggotanya relatif rendah
sehingga integrasi sosialnya akan lebih mudah tercapai. Hal itu disebabkan,
dalam kelompok kecil, hubungan sosial antar anggotanya terjadi secara intensif
sehingga komunikasi dan tukar menukar budaya akan semakin cepat.
3. Mobilitas
geografis
Anggota
kelompok yang baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas
masyarakat yang ditujunya. Namun, semakin sering anggota masyarakat datang dan
pergi, akan semakin sulit pula proses integrasi sosial.
4. Efektifitas
komunikasi
Efektifitas
komunikasi yang baik dalam masyarakat juga akan mempercepat integrasi sosial.
Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial
Integrasi
sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut.
1. Integrasi
Normatif
Integrasi
normatif dapat diartikan sebagai sebuah bentuk integrasi yang terjadi akibat
adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, bangsa Indonesia
dipersatukan oleh prinsip Bhineka Tunggal
Ika.
2. Integrasi
Fungsional
Integrasi
fungsional terbentuknya karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat.
Sebuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing
pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.
3. Integrasi
Koersif
Integrasi
koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal ini
penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan).
Tahapan
integrasi sosial adalah sebagai berikut: Akomodasi, Kerjasama, Koordinasi, Asimilasi.
Integrasi
sosial adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap. Proses itu dapat
bermula dari akomodasi keinginan berbagai pihak untuk bekerja sama. Hal ini
dapat timbul karena kesadaran mereka atas kepentingan yang sama. Pada saat yang
sama, mereka memiliki cukup pengetahuan dan pengendalian terhaap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut,. Kemudian proses itu
dilanjutkan dengan berbagai bentuk kerjasama. Dalam proses kerjasama itu,
masing-masing pihak berusaha mengatasi perbedaan dan mengakomodasi keinginan,
harapan, atau kebutuhan satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, masing-masing
pihak berusaha mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Masing-masing pihak tidak
lagi membedakan dirinya dengan anggota lainnya pada saat itu. Batas-batas
diantara mereka akan hilang dan melebur menjadi satu. Hal ini menunjukkan bahwa
integrasi sosial telah tercapai.
Proses
integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut.
Asimilasi (assimilation)
Asimilasi
merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk
mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam
masyarakat.
Akulturasi
Menurut
Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok
sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda.
Kebudayaan
asing akan relatif mudah diterima apabila memenuhi syarat-syarat berikut ini.
1. Tidak
ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit dijangkau.
2. Kebudayaan
yang datang memberikan manfaat yang lebih besar bila dibandingkan dengan kebudayaan
yang lama.
3. Adanya
persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama.
4. Adanya
kesiapan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
5. Kebudayaan
itu bersifat kebendaan.
Faktor-Faktor Pendorong Integrasi
Sosial
Integrasi
sosial, sebagai sebuah proses sosial, dapat dicapai karena adanya berbagai
faktor internal dan eksternal yang mendorong proses tersebut. Sebagaimana dalam
proses asimilasi, integrasi sosial dapat dicapai karena adanya faktor-faktor
berikut.
1. Toleransi
terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda.
2. Kesempatan
yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda.
3. Sikap
saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya.
4. Sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
5. Persamaan
dalam unsur-unsur kebudayaan.
6. Perkawinan
campuran (amalgamation).
7. Adanya
musuh bersama dari luar.
sSumber:
Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2007. Sosiologi 2 untuk SMA / MA Kelas XI. Jakarta: Esis.